Oleh: Aniyoga Prawoto
Abstract: Parenting as a continuous process of interaction between parents and their children which includes the following activities: feeding (nourishing), provide guidance (guiding), and protect (protecting) the children when they grow. Character Education is an attempt to develop the basics of good character for children such as child aware of his duty, to develop self confidence, giving praise for accomplishments, not to punish but improve the attitude, not ordered but ask for help, cultivation of motal values and religion, good manners, tolerance, mutual respect, self-reliance, and so on. All of them is intended to shape the character of achild who is not only intelligent and skilled, but also moral, have high confidence, can get along and be able to adapt to any conditions and new environment.
Keywords: parenting program, character based
Abstract: Parenting as a continuous process of interaction between parents and their children which includes the following activities: feeding (nourishing), provide guidance (guiding), and protect (protecting) the children when they grow. Character Education is an attempt to develop the basics of good character for children such as child aware of his duty, to develop self confidence, giving praise for accomplishments, not to punish but improve the attitude, not ordered but ask for help, cultivation of motal values and religion, good manners, tolerance, mutual respect, self-reliance, and so on. All of them is intended to shape the character of achild who is not only intelligent and skilled, but also moral, have high confidence, can get along and be able to adapt to any conditions and new environment.
Keywords: parenting program, character based
PENDAHULUAN
Banyak ibu mengeluhkan tentang beratnya tanggung jawab dalam membimbing, mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Rupanya kiah hari terasa kian sulit, tanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya. Demikian banyak ancaman di sekitar yang dapat mengganggu dan merusak masa depan anak-anak mereka yang kini dalam masa tumbuh kembang. Baik karena pengaruh orang-orang dan lingkungan di sekitar maupun kemajuan teknologi dan informasi yang dapat memberi pengaruh positif dan negatif pada anak. Seorang ibu yang memiliki dua orang anak usia dini mengisahkan tentang masa kecilnya yang diasuh oleh orang tuanya yang "super otoriter", dan ia hanya mengetahui satu-satunya cara mengasuh, mendidik dan membesarkan anaknya sebagaimana yang dialaminya ketika masih kecil dulu. Namun, dia berkata : "Saya tidak ingin anak-anak saya mengalami hal seperti yang saya alami, jangan sampai anak-anak saya kehilangan masa kecilnya, sebagaimana saya, Ibu mereka!. Beberapa ekspresi di atas memancarkan kekhawatiran orang tua dalam membesarkan dan memastikan keberhasilan anak-anak mereka di masa depan. Kesadaran mereka terhadap perlunya pendidikan yang mampu membantu mewujudkan angan-angan orang tua, membuat mereka merasa perlu layanan program pendidikan anak usia dini guna melengkapi dalam membimbing dan mengasuh anak-anak.
Program pendidikan anak usia dini yang banyak diselenggarakan oleh lembaga PAUD, mulai menyadarkan orang tua terhadap pentingnya memberikan pendidikan anak sejak usia dini. Kehadiran lembaga PAUD yang memberikan berbagai layanan PAUD sangat membantu tugas dan fungsi orang tua dalam membersarkan anak-anaknya meraih sukses dimasa depan. Namun hal ini juga berdampak sebaliknya, justru membuat orang tua lupa akan tugas-tugasnya sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anank mereka. Dengan hadirnya lembaga PAUD para orang tua seolah-olah telah menyerahkan tugas dan tanggung jawab mendidik anak-anak mereka pad lembaga PAUD. Mereka lupa bahwa mereka masih tetap sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka karena bagaimanapun juga sebagian besar waktu anak-anak adalah bersama orang tua dan keluarga. Sedangkan kegiatan anak dilembaga PAUD hanya sebagian kecil saja. Dengan fenomena ini maka diperlukan adanya satu kerjasama antara lembaga PAUD dengan orang tua dan keluarga yang dapat menjembatani keduanya demi kepentingan bersama dalam pengasuhan anak. Bentuk kerjasama yang selama ini telah dilakukan namun masih sebatas memenuhi kebutuhan material saja, harus ditingkatkan dalam bentuk kerjasama antara lembaga PAUD dengan orang tua dan keluarga yang berupa pengembangan program parenting dan difasilitasi oleh lembaga PAUD.
istilah Parenting mungkin sering kita dengar namun masih terasa begitu asing. Penggunaan kata parenting di sini, karena sampai satt ini belum ada padanan kata dalam bahasa Indonesai yang tepat. Parenting adalah upaya pendidikan yang dilaksanakan oleh orang tua dan keluarga dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di dalam keluarga dan lingkungan sekitar yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Parenting adalah proses interaksi berkelanjutan antara orang tua, keluarga, dan anak-anak mereka yang meliputi aktivitas-aktivitas berikut:
- memberi makan (nourishing)
- memberi petunjuk (guiding)
- melindungi (protecting)
Bagi anak-anak ketika mereka bertumbuh kembang. Aktivitas-aktivitas parenting biasanya terjadi dalam lingkungan keluarga, namun parenting tidak sebatas hanya pada mereka yang melahirkan anak. Tanggung jawab parenting seharusnya juga menjadi tanggung jawab oleh pihak-pihak lain dalam masyarakat, seperti anggota keluarga lainnya, tetangga, para guru di sekolah, pembantu rumah tangga, perawat bayi (baby sitter), bahkan teman-teman bermain si anak, serta media masa (TV/media elektronik, surat kabar, dan majalah). Kendati demikian, orang tua adalah pihak paling bertanggung jawab dalam mengasihi dan memperhatikan anak-anak serta menolong mereka bertumbuh-kembang. Sedangkan Program Parenting sendiri merupakan wadah komunikasi antar orang tua untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan pendidikan anak usai 0-6 tahun di lingkungan rumah tangga, sehingga terkait dengan program lembaga PAUD/sekolah.
Pengamatan sekilas, dapat menunjukan bahwa para orang tua memiliki harapan-harapan tertentu dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Mereka menganggap bahwa hormat pada orang tua, menaati orang tua, dan memaksimalkan potensi adalah tanggung jawab utama anak-anak. Di samping itu, mereka juga berpendapat bahwa memiliki tata krama dan tingkah laku yang baik serta menaati peraturan di rumah tangga adalah kualitas yang paling berharga yang harus dimiliki anak-anak mereka lebih dari prestasi akademis dan kemampuan-kemampuan sosial.
Semua orang tua menginginkan anak-anak mereka tumbuh dan berkembang dengan optimal. Tidak hanya cerdas dan terampil, tetapi juga memiliki budi pekerti yang baik dan menjadi anak-anak yang berbakti, karena kelak anak-anak menjadi tumpuan masa depan manakala orang tua sudah usia lanjut. Semua orang tua menginginkan anak-anaknya sukses dalam hidup, memiliki profesi, pekerjaan, dna karir yang baik : misalnya menjadi pegawai negeri, dokter, pengusaha-meneruskan usaha orang tua, atlit, atau artis. Pilihan-pilihan karier ini didasarkan pada harapan-harapan tentang masa depan yang lebih cerah, pendapatan yang lebih tinggii, dan kualitas hidup yang lebih baik menurut pendapat para orang tua. Namun masalahnya adalah, para orang tua pada umumnya tidak akan mengizinkan anak-anak mereka menentukan pilihan yang berbeda dengan yang diharapkan oleh orang tua. Harapan-harapan orang tua ini bisa dianggap sebagai beban yang berat bagi anak-anak. Haruskan orang tua telah membebani anak-anak mereka dengan berbagai beban dan tuntutan yang belum saatnya? Sementara itu, hal yang semestinya dilakukan terlebih dahulu banyak yang terlupakan, seperti membangun dasar-dasar karakter serta memfasiltasi segalanya guna melejitkan semua potensi kecerdasan dalam diri anak.
Banyak ibu mengeluhkan tentang beratnya tanggung jawab dalam membimbing, mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Rupanya kiah hari terasa kian sulit, tanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya. Demikian banyak ancaman di sekitar yang dapat mengganggu dan merusak masa depan anak-anak mereka yang kini dalam masa tumbuh kembang. Baik karena pengaruh orang-orang dan lingkungan di sekitar maupun kemajuan teknologi dan informasi yang dapat memberi pengaruh positif dan negatif pada anak. Seorang ibu yang memiliki dua orang anak usia dini mengisahkan tentang masa kecilnya yang diasuh oleh orang tuanya yang "super otoriter", dan ia hanya mengetahui satu-satunya cara mengasuh, mendidik dan membesarkan anaknya sebagaimana yang dialaminya ketika masih kecil dulu. Namun, dia berkata : "Saya tidak ingin anak-anak saya mengalami hal seperti yang saya alami, jangan sampai anak-anak saya kehilangan masa kecilnya, sebagaimana saya, Ibu mereka!. Beberapa ekspresi di atas memancarkan kekhawatiran orang tua dalam membesarkan dan memastikan keberhasilan anak-anak mereka di masa depan. Kesadaran mereka terhadap perlunya pendidikan yang mampu membantu mewujudkan angan-angan orang tua, membuat mereka merasa perlu layanan program pendidikan anak usia dini guna melengkapi dalam membimbing dan mengasuh anak-anak.
Program pendidikan anak usia dini yang banyak diselenggarakan oleh lembaga PAUD, mulai menyadarkan orang tua terhadap pentingnya memberikan pendidikan anak sejak usia dini. Kehadiran lembaga PAUD yang memberikan berbagai layanan PAUD sangat membantu tugas dan fungsi orang tua dalam membersarkan anak-anaknya meraih sukses dimasa depan. Namun hal ini juga berdampak sebaliknya, justru membuat orang tua lupa akan tugas-tugasnya sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anank mereka. Dengan hadirnya lembaga PAUD para orang tua seolah-olah telah menyerahkan tugas dan tanggung jawab mendidik anak-anak mereka pad lembaga PAUD. Mereka lupa bahwa mereka masih tetap sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka karena bagaimanapun juga sebagian besar waktu anak-anak adalah bersama orang tua dan keluarga. Sedangkan kegiatan anak dilembaga PAUD hanya sebagian kecil saja. Dengan fenomena ini maka diperlukan adanya satu kerjasama antara lembaga PAUD dengan orang tua dan keluarga yang dapat menjembatani keduanya demi kepentingan bersama dalam pengasuhan anak. Bentuk kerjasama yang selama ini telah dilakukan namun masih sebatas memenuhi kebutuhan material saja, harus ditingkatkan dalam bentuk kerjasama antara lembaga PAUD dengan orang tua dan keluarga yang berupa pengembangan program parenting dan difasilitasi oleh lembaga PAUD.
istilah Parenting mungkin sering kita dengar namun masih terasa begitu asing. Penggunaan kata parenting di sini, karena sampai satt ini belum ada padanan kata dalam bahasa Indonesai yang tepat. Parenting adalah upaya pendidikan yang dilaksanakan oleh orang tua dan keluarga dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di dalam keluarga dan lingkungan sekitar yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Parenting adalah proses interaksi berkelanjutan antara orang tua, keluarga, dan anak-anak mereka yang meliputi aktivitas-aktivitas berikut:
- memberi makan (nourishing)
- memberi petunjuk (guiding)
- melindungi (protecting)
Bagi anak-anak ketika mereka bertumbuh kembang. Aktivitas-aktivitas parenting biasanya terjadi dalam lingkungan keluarga, namun parenting tidak sebatas hanya pada mereka yang melahirkan anak. Tanggung jawab parenting seharusnya juga menjadi tanggung jawab oleh pihak-pihak lain dalam masyarakat, seperti anggota keluarga lainnya, tetangga, para guru di sekolah, pembantu rumah tangga, perawat bayi (baby sitter), bahkan teman-teman bermain si anak, serta media masa (TV/media elektronik, surat kabar, dan majalah). Kendati demikian, orang tua adalah pihak paling bertanggung jawab dalam mengasihi dan memperhatikan anak-anak serta menolong mereka bertumbuh-kembang. Sedangkan Program Parenting sendiri merupakan wadah komunikasi antar orang tua untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan pendidikan anak usai 0-6 tahun di lingkungan rumah tangga, sehingga terkait dengan program lembaga PAUD/sekolah.
Pengamatan sekilas, dapat menunjukan bahwa para orang tua memiliki harapan-harapan tertentu dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Mereka menganggap bahwa hormat pada orang tua, menaati orang tua, dan memaksimalkan potensi adalah tanggung jawab utama anak-anak. Di samping itu, mereka juga berpendapat bahwa memiliki tata krama dan tingkah laku yang baik serta menaati peraturan di rumah tangga adalah kualitas yang paling berharga yang harus dimiliki anak-anak mereka lebih dari prestasi akademis dan kemampuan-kemampuan sosial.
Semua orang tua menginginkan anak-anak mereka tumbuh dan berkembang dengan optimal. Tidak hanya cerdas dan terampil, tetapi juga memiliki budi pekerti yang baik dan menjadi anak-anak yang berbakti, karena kelak anak-anak menjadi tumpuan masa depan manakala orang tua sudah usia lanjut. Semua orang tua menginginkan anak-anaknya sukses dalam hidup, memiliki profesi, pekerjaan, dna karir yang baik : misalnya menjadi pegawai negeri, dokter, pengusaha-meneruskan usaha orang tua, atlit, atau artis. Pilihan-pilihan karier ini didasarkan pada harapan-harapan tentang masa depan yang lebih cerah, pendapatan yang lebih tinggii, dan kualitas hidup yang lebih baik menurut pendapat para orang tua. Namun masalahnya adalah, para orang tua pada umumnya tidak akan mengizinkan anak-anak mereka menentukan pilihan yang berbeda dengan yang diharapkan oleh orang tua. Harapan-harapan orang tua ini bisa dianggap sebagai beban yang berat bagi anak-anak. Haruskan orang tua telah membebani anak-anak mereka dengan berbagai beban dan tuntutan yang belum saatnya? Sementara itu, hal yang semestinya dilakukan terlebih dahulu banyak yang terlupakan, seperti membangun dasar-dasar karakter serta memfasiltasi segalanya guna melejitkan semua potensi kecerdasan dalam diri anak.
Untuk makalah lengkap dapat menghubungi penulis/Admint atau download makalah lengkap disini !!
Tidak ada komentar:
Write comments