Iklan Halaman Depan

Masukkan kode iklan di sini. Diwajibkan iklan ukuran 300px x 250px. Iklan ini hanya akan tampil di halaman utama pada tampilan desktop.

GilaBola+

filejamil.cf. Gambar tema oleh MichaelJay. Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Pilpres 2019+

Video Terpopuler

detikNews

Berita Utama

Kategori Berita

FAQ's

Ads

Ads
detikcoy

Tag Populer

Tampilkan postingan dengan label Tulisan Popular. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tulisan Popular. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Oktober 2014

MASUK SD DENGAN MENCURI START DI PAUD MERUGIKAN ANAK

    Rabu, Oktober 29, 2014  
Kali ini admint mencoba menulis ulang sebuah artikel yang menarik dan dapat menjadi bahan renungan bagi terutama para guru, pendidik PAUD, dan orang tua kita, yang menitipkan anak-anaknya di lembag-lembag PAUD khususnya tentang dilematika mengajar membaca dan menulis pada Anak Usia Dini di PAUD dan TK tersebut. sebagai berikut :

Apakah Anda gelisah kalau si 5-6 tahun belum bisa baca tulis dan berhitung?
Kalau jawabannya "ya", selamat bergabung bersama 61,5% responden nakita. Padahal, mereka atau mungkin Anda tahu lulusan TK tidak diwajibkan dapat membaca. Toh ini bak buah simalakama. Kalau si kecil tidak diajarkan membaca, menulis dan berhitung (calistung), bisa-bisa ia tidak lolos tes masuk ke SD favorit.

Memang, sih, seperti dikatakan sebuah sumber di SD swasta favorit, tes calistung bukan merupakan pokok dari keseluruhan tes. Meskipun anak belum mampu calistung bukan berarti dia langsung gagal. "Masih banyak penilaian lain yang akan menentukan apakah anak akan diterima atau tidak," ujar salah seorang staf penguji ini. Misalnya, tes motorik halus, kasar, auditori, visual, daya pikir, dan bahasa. "Hanya, bila anak mampu calistung, maka ada nilai tambah yang mungkin akan membuatnya lebih berpeluang untuk diterima. Kalaupun tidak lulus lebih cenderung karena anak tidak bisa diajak komunikasi, pemalu, egonya tinggi, dan kemandiriannya sangat rendah. Lagi pula tes ini dilakukan mengingat banyaknya peminat yang ingin masuk sehingga mau tidak mau harus ada seleksi."

Hal yang sama juga dilakukan oleh salah satu sekolah favorit yang ada di kawasan Depok. Menurut sumber yang merupakan staf litbang di sekolah tersebut, calistung termasuk tes yang diujikan di sekolah ini. Namun, lanjutnya, kemampuan anak dalam calistung tidak menentukan dia akan diterima di sekolah tersebut. Begitu pula sebaliknya. Jika kemampuan calistungnya bagus tapi kemandiriannya sangat kurang, mungkin saja anak tidak lulus. Boleh dibilang, tes ini hanya untuk mengetahui sejauh mana kemampuan anak dalam hal calistung.

Salah satu pengajar SD swasta di Grogol Jakarta Barat pun mengakui tes calistung yang diadakan di sekolah hanya sebagai proses seleksi saja mengingat banyaknya peminat yang ingin masuk. Tentu, seleksi yang dilakukan tidak terlalu formal, tetap memerhatikan sifat anak yang masih ingin bebas dan tidak ingin ditekan.
Terlepas bahwa calistung hanya merupakan salah satu materi tes seleksi SD yang tidak menentukan kelulusan, pada kenyataannya sekolah-sekolah favorit menginginkan murid-murid yang berkompetensi tinggi. Logisnya, kalau bisa menjaring murid yang sudah lancar calistung dasar, untuk apa susah-susah mengajari anak yang kemampuannya lebih rendah?

Lihat saja pelajaran anak-anak kelas 1 SD sekarang. Di minggu-minggu pertama sekolah, mereka langsung dihadapkan pada lembar-lembar padat teks yang menuntut kemampuan membaca. Bayangkan kalau si anak belum mampu dan gurunya menuntut demikian, sudah dapat dipastikan ia bakal merasa tertekan.

Siapa yang salah dalam keadaan ini? Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia yang mencakup kelompok bermain dan taman kanak-kanak sebenarnya tidak mencatumkan pengajaran baca tulis berhitung. Sampai-sampai, Dra. Diah Harianti, M.Psi, Kepala Pusat Bagian Kurikulum Balitbang Depdiknas, menyebut tuntutan calistung di TK dan seleksi masuk SD sebagai "kecurangan". Toh, anjing menggonggong kafilah berlalu. Anak-anak yang sudah mampu calistung mendapat kans lebih besar saat mengikuti tes masuk SD. Inilah bedanya kurikulum dengan kenyataan. Tidak heran kalau kemampuan calistung menjadi target kebanyakan orangtua yang anaknya baru duduk di TK bahkan di playgroup. Alasan mereka, kompetisinya makin ketat, bukan?

Tes seleksi masuk SD pun, kata Diah, amat tidak disarankan karena setiap anak Indonesia wajib bersekolah dan bisa bersekolah di mana pun. Tes masuk hanya untuk mengetahui latar belakang masing-masing murid agar guru dapat memahami kondisi mereka demi tercapainya tujuan pembelajaran kelak. Padahal, di SD-SD favorit berlaku sistem seleksi.

Sayangnya, seperti diakui Diah, tidak ada sanksi untuk pelanggar aturan tersebut. Beberapa SD swasta umpamanya banyak yang sudah menentukan ciri khasnya sendiri. "Pemerintah sebenarnya sudah pernah membuat surat edaran berisi imbauan bahwa tidak boleh ada penyelenggaraan tes masuk SD dan pengajaran baca-tulis di TK. Hanya saja memang tidak ada tindakan berupa sanksi." Alasannya, masing-masing sekolah memiliki hak otonomi, sehingga Depdiknas tidak dapat berbuat banyak. Lo? Jadi, Diah menyerahkan semuanya kembali kepada para orangtua.

Sumber : Disunting dari Majalah Nakita, dengan sedikit perubahan dan penambahan !!.

Kamis, 20 Maret 2014

JANGAN BUNUH KHAYALAN ANAK DALAM DONGENG DAN CERITA

    Kamis, Maret 20, 2014  
Sudah saatnya kita melakukan perubahan, perubahan berfikir kreatif yang selama ini masyarakat kita miliki yang ternyata dimulai dari kemampuan berfikir imajinatif yang salah. Kesalahan ini diwariskan dari generasi ke generasi hingga anak-anak kita sekarang. Hingga yang terbentuk adalah generasi berfikir dangkal dan mau enak sendiri, serba instan saja.

Penyebabnya adalah kita selalu membunuh khayalan anak. Patronizing. Kita orang dewasa terlalu menganggap remeh anak-anak. Kita tidak pernah mau menerima dan memahami bahwa Anak dapat menarik interpretasi sendiri dengan kreatif dan imajinatif.

Salah satu kehebatan cerita dan dongeng di buku adalah kita bisa mengkhayal. Jika diceritakan tentang seorang yang tinggi dan besar, maka apa yang ada di kepala anak akan berbeda. Demikian juga deskripsi tentang lingkungan yang ada juga dapat berbeda jauh. Berbeda dengan film, yang mana apa yang ditampilkan di sana merupakan visualisasi sudut pandang dari pembuat filmnya saja.

Perbedaan visualiasi ini mungkin justru yang membuat seseorang anak menyukai (atau membenci) sebuah cerita. Mungkin apa yang diceritakan itu nyambung dengan perjalanan hidupnya, yang ketika itu sedang bergembira ria (atau berduka). Perbedaan visualisasi ini terkait dengan latar belakang sang pembaca. Orang yang berasal dari lingkungan terdidik di luar negeri mungkin akan mudah menangkap cerita yang estetik, futuristik, terbang ke luar angkasa. Sementara yang lingkungannya seperti kita mungkin lebih mudah menerima cerita mistik dan hantu. hehehe...

Ada yang menarik perhatian yaitu perbedaan dalam cara orang Barat kreatif dan orang Indonesia bercerita kurang kreatif. Dalam dongeng dan cerita anak di Barat, seringkali tidak semuanya diceritakan secara harfiah. anak diharapkan mengisi sendiri dengan interpretasinya. Misalnya seekor Singa yang menunggu lamaaa sekali. Maka yang ditampilkan adalah seekor Singa yang kusut penampilannya. Gelisah. Duduk. Rebahan. Ada beberapa tulang di dekat situ. Dengan puluhan ekor lalat dan burung bangkai mengitarinya. Sementara cara orang Indonesia bercerita atau mendongeng beda lagi; langsung Singanya dan dia berkata “aku sudah menunggu lama di sini”. (begitu monoton, langsung dan instan).

Cara pendongeng kita yang terakhir itu sangat menyebalkan. Membunuh khayalan anak, merusak kemampuan berfikir. Patronizing. anak tidak dipercaya dan dianggap tidak dapat menarik interpretasi sendiri? menurut saya ini "menyebalkan". Akhirnya akan dapat terbentuk watak-watak anak yang meniru tayangan aneh yang tidak logis, seperti difelem-felem dan senetron kita yang kebanyakan mistik mulu, Pak kiyai tinggal kebutkan surban atau lempar kopiah maka siluman dan hantu akan musnah; itu yang terbaca dan direkam dari "kata anak-anak"..? nah..lhoo????.

Dari: http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/.... terimakasih sudah berkunjug... salam kenal salam anak indonesia.

Selasa, 18 Maret 2014

PANDUAN JUKNIS LOMBA APRESIASI PTKPAUNI BERPRESTASI TAHUN 2014

    Selasa, Maret 18, 2014  
Jenis-jenis Lomba Apresiasi PTKPAUDNI Berprestasi tahun 2014 ini adalah :


A. Lomba Perorangan


B. Lomba Kelompok Beregu

     - Senam Aerobik
     - Paduan Suara

Pelaksanaan Apresiasi PTKPAUDNI Beprestasi Tingkat Nasional tahun 2014 dilaksanakan di Kota Bandung Propinsi Jawa Barat pada tanggal 9 - 15 Juli 2014

Tema kegiatan Apresiasi PTKPAUDNI Beprestasi Tingkat Nasional tahun 2014 adalah "Melalui Apresiasi PTK-PAUNI Berprestasi Kita Wujudkan PTK-PAUDNI yang Kompetitif, Profesional dan Bermartabat".

Untuk persyaratan Perserta Lomba Apresiasi PTKPAUDNI Berprestasi Tahun 2014 ini ada sedikit perbedaan dibanding lomba Apresiasi tahun-tahun sebelumnya ada beberapa persyaratan baru diantaranya :
  • Semua jenis instruktur kursus dan pengelola LKP tidak berstatus sebagai pamong belajar, guru pada semua jenjang pendidikan formal atau dosen pada perguruan tinggi. 
  • Selanjutnya pendidik PAUD tidak berstatus sebagai guru pada semua jenjang pendidikan formal, sedangkan pengelola PAUD tidak berstatus sebagai PNS.
  • Tutor keaksaraan fungsional, pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan pengelola Taman Bacaan Masyarakat tidak berstatus sebagai PNS.
  • Peserta yang pernah menjadi juara pertama tingkat provinsi pada tiga tahun terakhir tidak boleh mengikuti semua jenis lomba pada Apresiasi PTK PAUDNI Berprestasi 2014. Artinya peserta pada tahun 2014 sama sekali berbeda dengan edisi Apresiasi PTK PAUDNI tiga tahun terakhir. Atau peserta yang mewakili provinsi (juara pertama) pada Apresiasi PTK PAUDNI tahun 2011, 2012 dan 2013 dilarang ikut sertaSumber

Untuk panduan dan Juknis Lengkap Apresiasi PTKPAUDNI Berprestasi tahun 2014  Silakan Download di sini !!

Sabtu, 25 Januari 2014

FUNCTION OF EARLY CHILDHOOD EDUCATION

    Sabtu, Januari 25, 2014  
Program activities play in early childhood education has a number of functions, namely : (1) to develop all the capabilities of the child in accordance with the stage of development, (2) introduce children to the world around, (3) developing the socialization of children, (4) introduce regulations and instill discipline in children, and (5) provide opportunities for children to enjoy playing.


Based on the purpose of early childhood education can be explored some of the functions of early childhood education, namely :

a. Adaptation function


Play a role in helping children to adjust to a variety of environmental conditions and adjust to the situation in itself. With children are in early childhood education institutions, educators help them adapt the home environment to the school environment . Children also learn to recognize himself.

b . Socialization function

Play a role in helping children to have social skills that are useful in the association and everyday life in which it is located. In early childhood education institutions will meet children with other peers. They can socialize, have many friends and recognize his qualities.

c . Development function

In early childhood education institutions is expected to be the development of children 's potential. Each element of the potential of the child requires a situation or environment that can develop this potential towards optimal development potential to become useful for the children themselves and their environment .

d . Playing function

Associated with providing children the opportunity to play , because the play itself is essentially a children's rights throughout the life span. Through play children will explore their world and construct their own knowledge.

source: excerpted from various sources..

Kamis, 26 Desember 2013

BUKU : Pendidikan Anak Usia Dini

    Kamis, Desember 26, 2013  
Judul Buku : PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Penulis : Imas Kurniasi,S.Pdi
Penerbit: Edukasia
Tahun   : 2013
Harga Buku : Rp 32.000,-

Usia Dini adalah masa-masa usia emas bagi anak “Golden Age” dimana karakter anak akan  dibentuk. Setelah usia anak bertambah, semakin kompleks faktor-faktor yang  membentuk kepribadian anak. Banyak sifat anak  akan terbentuk  oleh teman dan lingkungan dimana ia berada. Karena itu sangat penting  untuk membentuk anak sejak usia dini. Hanya orang  tua dan guru yang bisa melakukannya. Buku ini sangat pas menjadi buku pegangan orang tua dan guru dalam mendidik anak di usia dini, karena di tangan orang tua dan gurulah perkembangan dan kepribadian anak  akan banyak terbentuk.

Selasa, 24 Desember 2013

HOPE AND CONDITIONS ECD (Early Childhood Education) IN INDONESIA

    Selasa, Desember 24, 2013  
This description of the ideals and the real conditions of the Early Childhood Education (ECD) in Indonesia has been described in detail in the previous chapters in the book Great Development Framework Indonesia early childhood period 2011-2025. But to remind and reinforce national commitments about how important it was held "ECD National Movement", In summary expectations and actual conditions of early childhood education in Indonesia need to be raised again.
Great ideals of early childhood development in Indonesia is the Indonesian wants to deliver a child into the comprehensive intelligent child. It is expected that they would become an instrument of nation-building and investment as expected. Therefore, the early childhood education system within the framework of national and human resource development are fundamental and should be a major concern. However, by the end of 2010 early childhood development in Indonesia is still not reached expectations, both quantitatively and qualitatively. Quantitatively, the construction of a new early childhood APK reached 53.70 %. Likewise qualitatively, as described previously ; achievement of quality early childhood education is not showing as expected as well. The more striking difference, when compared with other countries, the position of Indonesia, including early childhood development gains lagged.

The picture suggests we need a special action, even extra support from all parties in order to achievement of early childhood building can be more quickly realized. The most rational action and allow is to build awareness of all components and resources of the nation and national self-reliance potential to be together and work together to move and participate in early childhood development. Therefore, activities that can " mobilize " all potential needs to be rolled out. The activity was conducted in the form of: "ECD National Movement".

Sources : Big Development Framework ECD Indonesia. The period 2011 -2025

Labels

About us

Text Widget

Common

Masukkan kode iklan di sini. Diwajibkan iklan ukuran 300px x 250px. Iklan ini hanya akan tampil di halaman utama pada tampilan desktop.

Labels

About Us

Berita Terbaru

FAQ's

© 2014 filejamil. Designed by Bloggertheme9
Proudly Powered by Blogger.