Iklan Halaman Depan

Masukkan kode iklan di sini. Diwajibkan iklan ukuran 300px x 250px. Iklan ini hanya akan tampil di halaman utama pada tampilan desktop.

GilaBola+

filejamil.cf. Gambar tema oleh MichaelJay. Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Pilpres 2019+

Video Terpopuler

detikNews

Berita Utama

Kategori Berita

FAQ's

Ads

Ads
detikcoy

Tag Populer

Tampilkan postingan dengan label Otak Anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Otak Anak. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Oktober 2014

MENGENAL KECERDASAN MUSIKAL PADA ANAK USIA DINI

    Selasa, Oktober 07, 2014  
Kemapuan musik pada anak, anak dan musik, musik anak
Pernahkan bunda--dan ayah'nda--melihat ananda bergerak-gerak, bergoyang, dan menari-nari kecil mengikuti alunan atau hentakan irama musik. Telihat lucu dan menggemaskan, Itulah tanda anak memang memiliki salah satu kecerdasan dalam kecerdasan jamak (Multiple Intelligences) yaitu kecedasan musikal, musik yang memang telah menjadi potensi bawaan sejak anak masih sangat kecil. Anak usia dini yang memiliki kecerdasan musik terlihat senang bernyanyi, bersenandung, atau bersiul seorang diri. Jika mendengar irama musik tersebut, anak yang berbakat secara kinestetik di bidang ini akan menggerak-gerakan tubuhnya mengikuti irama dan ikut menyanyi. Anak yang sangat cerdas dan berbakat bahkan sudah dapat memainkan alat musik yang menurut sebagian anak sangat rumit.

Tetapi juga perlu diperhatikan bahwa ada anak usia dini yang cerdas di bidang musik ini dengan cara tidak nampak dan kentara dengan hanya menunjukan rasa apresiasi yang baik pada musik. Secara umum kecerdasan musikal adalah kemampuan seorang anak dalam menangani bentuk-bentuk musikal, seperti mengubah, menikamati musik, mengekspresikan diri, misalnya seorang anak mencoba menjadi artis hayalannya, pemain musik, mengekspresikan diri, misalnya menjadi penyanyi, komposer, dan menjadi pemain musik. Sebagai seorang pendidik PAUD hendaknya kita membantu menggali dan turut mengembangkan kemampuan anak yang memiliki kecerdasan musikal ini seotimal mungkin.

Potensi Otak Kiri kanan, Kecerdasan, kemampuan otak
 
Otak kanan, kecerdasan otak kanan,  Musik dan otak kanan

Pada perkembangan selanjutnya seperti yang kita ketahui bahwa pada awal-awal pertumbuhan otak anak anak berkembang lebih pesat pada kemampuan otak kananya. Karena itu kecerdasan musikal yang bersentuhan langsung dengan potensi kecerdasan otak kanan anak sangat bagus untuk dibangun sejak usia dini. Kegiatan-kegiatan seni khususnya seni musik di sekolah atau lembaga PAUD dapat membantu perkembangan kecerdasan anak menjadi lebih optimal, terutama kemampuan kecerdasan musikal pada anak usia dini. Guru dan pendidik PAUD dapat berperan aktif dalam memberikan rangsangan-rangsangan pada kecerdasan musikal anak dengan kegiatan-kegiatan musik baik secara langsung maupun tidak langsung melibatkan anak dalam kegiatan tersebut. Kegiatan langsung misalnya anak diajak bernyanyi, bermain musik,dan sebagainya. Kegiatan tidak langsung melibatkan anak misalnya di lembaga PAUD dapat diputarkan musik dan video lagu-lagu anak, musik klasik dapat menjadi pilihan yang baik untuk seluruh anak di lembaga PAUD tersebut. Dengan kegiatan tersebut diharapkan kemampuan musikal dan apresiasi seni musik anak dapat menjadi dasar bagi peningkatan dan perkembangan kecerdasan otak anak secara lebih optimal.

Demikian mengenai kecerdasan musikal pada anak usia dini, semoga bermanfaat untuk dijadikan acuan bagi pendidik dan orang tua dalam mendukung anak belajar dan berlatih di rumah dan di sekolah. Terima kasih.

Sumber : di sarikan dari berbagai sumber !!

Sabtu, 01 Februari 2014

KECERDASAN JAMAK (MULTIPLE INTELLEGENCES-MI) PADA ANAK USIA DINI

    Sabtu, Februari 01, 2014  
Anak adalah sosok manusia yang unik, menyimpan banyak potensi sekaligus rahasia dan misteri yang terus tumbuh dan berkembang dalam tahap-tahap perkembangan anak tersebut. Seluruh aspek perkembangan anak, yaitu perkembangan fisik, bahasa, sosial emosional, seni, dan kognitif  secara langsung berkaitan erat dengan pengembangan kecerdasan jamak ini. Anak memiliki kemampuan dan kecerdasan jamak dalam tingkatan yang berbeda dengan orang dewasa, pada tahapan awal perkembangan otak anak lebih pada perkembangan otak kanan, karena itu kecerdasan jamak lebih berorientasi pada bagian ini. Kecerdasan jamak/multiple intelegences yang biasa disingkat "MI" sendiri adalah hasil penelitian dan pemikiran seorang profesor dari Harvard University Gardner (1983), yang berpandangan bahwa dalam diri setiap manusia sebagai individu setidaknya memiliki 8 (delapan) kecerdasan potensial. 

Berikut 8 (delapan) kecerdasan menurut Gardner yang kita sebut Kecerdasan jamak/multiple intelegences  tersebut adalah :

1. Kecerdasan Bahasa - linguistik
Dalam Kecerdasan Bahasa ditekankan pada kemampuan anak dalam menggunakan bahasa sebagai suatu simbol sederhana dan media perantara komunikasi. Anak meiliki kemampuan merangkai suatu pemahaman atau informasi ke dalam gagasan tertulis yang sistematis dan mampu memikat perhatian lingkungannya.

2. Kecerdasan logika-matematika
Kecerdasan logika-matematika adalah kemampuan anak dalam berpikir logis, yaitu berpikir induktif-deduktif, mengamati sesuatu, dan menyimpulkannya menjadi suatu keterkaitan yang dapat dimengerti dan menggunakan informasi tersebut untuk mendekati permasalahan serta mencari solusi yang tepat. 

3. Kecerdasan visual-spasial
Kecerdasan visual-spasial merupakan kemampuan anak dalam membayangkan (visualisasi), menghayalkan (imajinasi) terhadap hal-hal yang bersifat abstrak, ini dilakukan anak misalnya bermain puzzel, memecahkan petunjuk permainan, membuat gambar imajiner dan abstrak. Ini dapat digunakan anak untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi sehari-hari.

4. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan Musikal sebagai kemampuan anak dalam melatih kepekaan terhadap bunyi dan nada, kemampuan anak ini dapat dikembangkan dalam kerangka lirik atau lagu, memainkan alat musik sederhana dengan nada yang sesuai dengan anak hingga menghasilkan kesadaran artistik dan estetika yang tinggi, anak dapat memainkan alat musik hingga menghasilkan bunyi yang teratur dan indah didengar.

5. Kecerdasan Olah Tubuh
Kecerdasan Olah Tubuh merupakan kemampuan anak berhubungan dengan kemampuan tubuh mereka dalam mengendalikan gerakan dalam upaya menghasilkan suatu karya, memecahkan permasalahan atau berkomunikasi.

6. Kecerdasan Memahami diri (Intelligence to understand themselves)
Kecerdasan Memahami diri sebagai sebuah bentuk kemampuan anak untuk memahami dirinya sendiri, mengenali emosi, dan mengerahkannya sedemikian rupa untuk berekspresi secara tepat. Anak bereaksi terhadap lingkungan yang sesuai dengan situasi yang dihadapinya.

7. Kecerdasan Memahami orang lain (Intelligence to understand others)
Kecerdasan Memahami orang lain merupakan kemampuan anak untuk bersosialisasi dan bekerja sama, berhubungan baik dengan orang lain, kemampuan anak berempati atau memahami perasaan dan kebutuhan orang lain selama berinteraksi dan mampu memperhitungkan keberadaanya dan menempatkan diri sendiri dengan kebiasaan yang berlaku.

8. Kecerdasan natural - Naturalis
Kecerdasan natural sebagai sebuah kecerdasan dari kemampuan dalam diri anak untuk memahami lingkungan sekitarnya dan berhubungan dengan kemampuan membuat alat dan pemanfaatan sumber alam bagi keperluan hidup. Ini dapat diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran mengenal lingkungan untuk anak.

Dan selain kedelapan kecerdasan menurut Gardner tersebut, dalam diri anak terdapat satu kecerdasan lagi untuk melengkapai kecerdasan jamak ini hingga jadi 9 kecerdasan jamak  yaitu  Kecerdasan Eksistensialis atau ada yang menyebutnya kecerdasan Moral (moral intelligence).

Kecerdasan Eksistensialis/ Moral (moral intelligence) pada diri anak berkaitan dengan kemampuan berhubungan dan interaksi anak terhadap orang lain dengan tata nilai kelakuan baik dan buruk, nilai dan norma berperan dalam membentuk sistem nilai yang dipegang anak kelak akan menjadi pedoman bagi anak dalam hidup bermasyarakat. Kecerdasan moral juga merupakan kemampuan anak untuk menjabarkan baik dan buruk suatu perilaku yang dikatikan dengan tata kelakuan orang-orang disekitarnya, ini menentukan bagaimana anak bersikap dan memberntuk kepribadiannya ke arah yang lebih baik, anak juga akan memahami makna hidup, dan cinta pada sesama sebagai buah dari hasil kemampuannya berpikir dewasa.

Demikian kecerdasan Jamak atau Multiple Intelegences-Mi pada anak, semoga bermanfaat. terima kasih.

Sumber : dari berbagai sumber.

Minggu, 15 Desember 2013

MENGENAL KECERDASAN KINESTETIK PADA ANAK

    Minggu, Desember 15, 2013  
Gerakan pertama kali ditunjukkan oleh manusia adalah  saat bayi berusia pada 3 semester pertama (the first 3 semester)  di dalam kandungan disebut dengan  fetus reflective movement (Keogh, 1985). Setelah itu gerakan-gerakannya akan semakin sering dan jelas seiring dengan usia kehamilannya. Gerakan-gerakan awal bayi ini dapat menunjukkan pada kita bahwa bayi yang sedang dikandung oleh seorang ibu dalam keadaan hidup dan sehat.  Gerakan-gerakan aktif janin semasa di dalam kandungan akan menunjukkan  perkembangan kecakapan yang lebih awal daripada janin yang kurang aktif setelah janin itu dilahgirkan  (Sontag, 1966, Keogh, 1985).
Gerakan yang pertama saat bayi keluar dari rahim ibunya ( infant relextive movement ) adalah menangis dan menggigil karena kedinginan sebagai gerakan reflek terhadap perubahan suhu lingkungan yang berubah secara ektrim .  Gerakan ini juga merupakan suatu tanda bahwa bayi yang lahir dalam keadaan yang sehat dan bugar.  Sejak saat lahir sampai menjelang usia 1 bulan seorang bayi terus berkembang gerakan refleknya dalam rangka penyesuaian dengan lingkungannya (Thelen, 1979).  Setelah usia 1 bulan sampai menjelang usia 3 tahun gerakan refleknya berangsur-angsur menghilang (Keogh, 1985) dan berganti dengan gerakan-gerakan bayi terkendali (baby movement control).  Pada saat usia ini seorang bayi memerlukan banyak latihan berbagai macam gerakan untuk mengembangkan gerakan motoriknya baik motorik halus (fine motor movement) maupun motorik kasar (gross motor movement), sehingga secara fisik dan psikis bayi akan tumbuh dan berkembang secara optimal.
Secara alamiah dan dalam perkembangannya seorang anak setelah di lahirkan ke dunia akan melalui fase-fase perkembangan gerakan (motor development phase) seperti  :

1. fase gerakan reflek ( reflective movement phase )
( 0 – 1 tahun ) : reaksi terhadap sentuhan, sinar, suara, bau, rasa.

2. fase gerakan permulaan ( rudimentary movement phase )
( 1- 2 tahun ) : menggapai, memegang, melepaskan, merayap,merangkak , duduk , berdiri dan berjalan.
   
3. fase gerakan dasar ( fundamental movement phase )
( 2 – 6 tahun ) : lari, lompat, melempar, menangkap dan meniti balok keseimbangan.
   
4.fase gerakan spesialisasi ( specialized movement phase )
( 6 – 13 tahun ) : lompat tali, tembakan lay up, smas/blok, senam  ( Gallahue, 1989).

Dalam rangka membuat suatu permainan bagi anak-anak disamping fase-fase perkembangan motorik anak kita perlu juga menyertakan berbagai kategori gerakan , hal ini sangatlah penting sebab dengan berbagai unsur gerakan tubuh itu suatu permainan akan dapat mempengaruhi secara langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan potensi anak sehingga anak tidak saja akan tumbuh fisiknya secara optimal namun juga secara psikis juga akan berkembang secara optimal.  Kategori gerakan ( category of movement ) yang perlu di berikan atau sertakan dalam setiap proses pembuatan suatu permainan anak adalah :

Kategori gerakan stabilisasi ( stability ) : putar pinggang, berputar ditempat, mendorong, menarik dll.
Kategori gerakan lokomotif ( locomotion ) : berjalan, berlari, berbagai macam lompat.
Kategori gerakan manipulasi ( manipulative ) : melempar, menangkap, menendang, memukul (gross motor) dan menjahit, mengguntung, mengetik, menggambar, mewarnai, berbagai macam seni melipat kertas ( fine motor )
Kategori gerakan kombinasi ( combination ) : berbagai variasi lompat tali, sepak bola, berbagai macam permainan olahraga.

Jika kita telah memahami tentang potensi bawaan ( fisik & psikis ), metoda OED, fase-fase gerakan serta kategori gerakan, maka agar permainan yang akan kita buat dalam rangka meningkatkan potensi bawaan anak sesuai dengan tujuannya kita perlu juga mengetahui tentang konsep dari bermain itu sendiri.


Sumber : Bahan pelatihan pendidik PAUD dirjen PTKPAUDNI 2011
referensi :
Keogh , Jack and Sugden , David, : Movement Skill Development, Macmillan Publishing Company, Inc, New York, USA, 1985.
Sontag,L.W. Implications of Infant Behavior and Enviroment for Adult Personalties, New York Academy Science, 1966.


 

Kamis, 14 November 2013

TAFSIRAN KECERDASAN INTELEKTUAL IQ ANAK

    Kamis, November 14, 2013  


Dalam kajian dan tes terhadap kecerdasan intelektual anak, terdapat beberapa patokan dasar untuk mengetahui anak kita termasuk dalam ketegori yang mana. Di bawah ini dapat dilihat tafsiran IQ anak sebagai berikut : 

IQ                         Tafsiran

 00 - 20                 Anak idiot
 20 - 50                 Anak imbisil
 50 - 70                 Anak moron
 70 - 90                 Anak normal tumpul (slow learner)
 90 - 110               Anak normal, rata-rata
110- 120               Anak superior
120- 140               Anak sangat superior
140- keatas           Anak berbakat

         

Selasa, 23 Juli 2013

6 ZONA KECERDASAN PADA OTAK ANAK

    Selasa, Juli 23, 2013  

Dalam buku yang berjudul asli Building Mental Muscle: Conditioning Exercises for The Six Intellgence Zones David Gamon dan Allen D. Bragdon membeberkan temuan-temuan terbaru tentang kinerja dan struktur otak. Terdapat enam zona kecerdasan pada otak, yaitu pengambilan keputusan dan sosial, ingatan, emosi, bahasa, matematika, dan spasial. Semua zona kecerdasan ini kita butuhkan karena saling membantu dalam kegiatan berpikir kita. Jika salah satu dari keenam zona ini jarang digunakan, niscaya ia akan mengalami kemunduran. Oleh karena itu, otak seperti halnya otot perlu dilatih agar tidak kendur dan semakin kuat.

Keenam zona tersebut selanjutnya dipakai acuan praktis dalam bahasan buku ini dengan berbagai ilustrasi, permainan serta uraian yang sangat menakjubkan. Keenam zona tersebut Secara singkat diuraikan sebagai berikut :

Zona pertama yaitu eksekutif-sosial.  Zona ini memperkenalkan pada kita tentang cara mudah mengenali ekspresi diri, serta diperkaya dengan contoh dan penjelasan yang mengasyikan. 

Zona kedua, yaitu ingatan.  Pada zona ini,  bagaimana cara melatih ingatan agar tetap tajam, kokoh atau kuat,.

Zona ketiga, yaitu emosi. Cara mengatur agar emosi tetap stabil,  sering-seringlah nonton film yang mengundang lucu dan tawa, semisal Mr. Bean, karena dengan tertawa urat saraf dan emosi akan tetap stabil.  Pendek kata, mengurangi ketegangan emosi dan menjernihkan kembali rasio.

Zona keempat, yaitu bahasa.  Bahkan ukuran kecerdasan manusia dapat diukur dari seberapa besar penguasaan bahasa dan kata-kata.

Zona kelima, yaitu matematika.  Secara naluri atau kodrati, manusia sesungguhnya suka berhitung.  Dari usia anak-anak hingga usia lanjut, menghitung adalah aktivitas yang hampir tidak bisa ditinggalkan.

Dan zona terakhir yaitu spasial.  Ranah ini membuktikan bahwa spasial-visual punya hubungan dengan tingkat kecerdasan otak.

Kamis, 18 Juli 2013

MANFAAT LATIHAN OTAK (The Brain Training) BAGI ANAK

    Kamis, Juli 18, 2013  
Pada Usia emas anak, dimana dalam perkembangannya sangat diperlukan rangsangan-rangsangan terhadap otaknya melalui Tahapan masing-masing panca indra. Tahapan-tahapan berfungsinya panca indera itulah yang merupakan penyesuaian bayi terhadap setiap perubahan lingkungan yang merupakan potensi yang perlu di-observasi, di-eksplorasi dan di-kembangkan sehingga akan banyak memberikan rangsangan pada syaraf pusat (otak) yang pada akhirnya otak akan bekerja dengan memberikan respon.  Banyaknya rangsangan terhadap berbagai indera yang telah berfungsi akan menyebabkan timbulnya banyak respon yang diberikan oleh otak.  Hal ini secara tidak langsung kita telah memberikan latihan-latihan terhadap syaraf-syaraf yang ada diotak (brain training), sehingga pada akhirnya potensi-potensi yang terbentuk sejak terjadinya konsepsi di dalam kandungan  dapat berkembang secara optimal. 


Pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak sangat tergantung dari bagaimana kita memberikan rangsangan terhadap otak itu.  Semakin banyak dan bervariasinya rangsangan akan semakin mempertinggi pertumbuhan dan perkembangan otak itu sendiri (Shatz, 1997).  Ahli neurobiologi ini menambahkan bahwa otak seorang anak yang tidak mendapatkan rangsangan dari lingkungannya akan menderita.  Penelitian yang dilakukan di Baylor College of Medecine telah menemukan bahwa anak yang jarang mendapatkan rangsangan dalam hal jarang diajak bermain atau disentuh perkembangan otaknya 20% - 30% lebih kecil daripada ukuran normalnya pada usia itu (Nash, 1997).  Dengan kata lain berarti pengalaman yang kaya pada seorang anak akan menghasilkan otak yang kaya pula.

Rangsangan terhadap ke lima panca indera Melalui pendekatan observasi, eksplorasi dan develop akan memberikan latihan-latihan pada otak , sehingga diharapkan  aspek fisik (kekuatan,ketahanan,tenaga ledak, kelincahan, keseimbangan, kelenturan, ketepatan dan koordinasi)  dan aspek psikis (mental. Sosial, emosional dan intelektual) akan tumbuh dan berkembang secara optimal.

Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan seorang anak  dan dalam rangka terus memberikan rangsangan-rangsangan terhadap sumber potensi manusia yang bertujuan mengembangkan porensi-potensi ke arah yang optimal, maka pendekatan observasi, eksplorasi dan develop juga memerlukan pengembangan yaitu penciptaan suatu permainan-permainan anak yang di dalammya memiliki komponen-komponen yang mempengaruhi perkembangan fisik dan psikis anak.   Penelitian longitudinal yang dilaksanakan oleh penulis sejak tahun 1993 hingga sekarang telah menunjukkan bahwa dengan pendekatan observasi, eksplorasi dan develop telah terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang rata-rata lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak secara alamiah pada kelompok umurnya. Pertumbuhan dan perkembangan ini tidak saja terjadi pada aspek fisik , namun juga terjadi pada aspek psikis (Bambang, 1999).
  
Penerapan pendekatan observasi, eksplorasi dan develop akan lebih efektif hasilnya jika dilaksanakan dalam bentuk permainan-permainan yang melibatkan aspek phisik dan aspek psikis.  Sehingga kedua aspek yang dimiliki oleh seorang anak akan tumbuh dan berkembang secara simultan.  Sesuai dengan tahapan usia seorang anak kita dapat menciptakan bentuk-bentuk permainan dengan merumuskan terlebih dahulu aspek fisik apa dan aspek psikis yang mana yang akan dibentuk dari seorang anak. Setelah aspek-aspek itu dirumuskan barulah kita dapat menciptakan jenis permainan, menentukan alat bermainnya. Oleh karena permainan-permainan itu akan melibatkan fisik anak untuk bergerak maka pemahaman  konsep tentang bagaimana anak itu mulai bergerak adalah hal yang  mutlak harus  kita dipelajari.

Referensi :
Bambang Sujiono dan Yuliani Nurani Sujiono, Seri Mengembangkan Potensi Bawaan, Persiapan dan Saat Kehamilan, Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo-Gramedia Group, 2004.
Nash, J. Madeleine, Child Brain, Time Magazine, Edition February 3th , 1997.
Shatz, Carla, Child Brain, Time Magazine, Edition February 3, 1997

Labels

About us

Text Widget

Common

Masukkan kode iklan di sini. Diwajibkan iklan ukuran 300px x 250px. Iklan ini hanya akan tampil di halaman utama pada tampilan desktop.

Labels

About Us

Berita Terbaru

FAQ's

© 2014 filejamil. Designed by Bloggertheme9
Proudly Powered by Blogger.