Iklan Halaman Depan

Masukkan kode iklan di sini. Diwajibkan iklan ukuran 300px x 250px. Iklan ini hanya akan tampil di halaman utama pada tampilan desktop.

GilaBola+

filejamil.cf. Gambar tema oleh MichaelJay. Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Pilpres 2019+

Video Terpopuler

detikNews

Berita Utama

Kategori Berita

FAQ's

Ads

Ads
detikcoy

Tag Populer

Rabu, 18 September 2013

PENTINGNYA RANGSANGAN PSIKOSOSIAL PADA ANAK

    Rabu, September 18, 2013  

karya wisata anak, outbond paud, belajar diluar, pembelajaran alam,
Seorang anak yang lahir dibekali bermilyar neuron (sel syaraf) dan Sinapsis dalam otaknya. Pada periode awal perkembangan anak sel-sel neuron tumbuh, bermigrasi, berhubungan satu sama lain, menyusun dan menciptakan jalan terjadinya proses wiring (perkawatan) dalam otak. Proses wiring tersebut akan bertambah kuat dan memberikan bentuk pada bagaimana cara anak berpikir, merasa, bersikap, berperilaku, dan belajar bila neuron-neuron tersebut distimulasi. Neuron-neuron yang tidak mendapatkan stimulasi pendidikan akan musnah lewat proses alamiah (pemangkasan ini berlangsung terus hingga remaja). Hal inilah yang menyebabkan mengapa usia dini (periode perkembangan anak) disebut sebagai masa emas (the golden age), yaitu dimana sel-sel otak berkembang luarbiasa dengan membuat sambungan antar sel dan akan menentukan kualitas anak kelak dalam kehidupannya.
Proses tumbuh kembang anak terdiri atas dua proses yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena saling mempengaruhi. Proses pertumbuhan ditandai dengan semakin besarnya ukuran tubuh (berat, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan lainnya); dan proses perkembangan yang ditandai dengan semakin bertambahnya kemampuan anak (koordinasi gerakan, bicara, kecerdasan, pengendalian perasaan, interaksi dengan oranglain, dan lain sebagainya). Kedua proses ini perlu dipantau, sehingga bila ada kelambatan dalam proses tumbuh kembang dapat segera diketahui dan diambil tindakan.

Anak yang tidak mendapatkan stimulasi psikososial seperti jarang diajak bermain, atau tidak mendapatkan lingkungan yang merangsang pertumbuhan otak akan mengalami kelambatan perkembangan dibanding anak seusianya yang mendapatkan cukup stimulasi. Kelambatan tersebut tidak saja dalam kecerdasan tetapi juga berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak.

Menurut penelitian, penyimpangan prilaku seorang anak setelah remaja atau menjadi orang dewasa dilatarbelakangi oleh pengalaman “traumatik” yang diperolehnya pada saat usia dini. Penyimpangan tersebut dalam bentuk hilangnya citra diri yang berakibat pada rendah diri, sangat penakut, dan tidak mandiri, atau sebaliknya terlalu agresif dan tidak memiliki rasa malu. Bentuk penyimpangan lainnya, dysplasia, sulit berkonsentrasi, autis, sulit memahami perintah, depresi, retardasi mental, sulit bersosialisasi, dan sulit mengendalikan perilaku.

Semua prinsip pendidikan hanya mungkin diwujudkan apabila proses pendidikan berlangsung dalam suasana bermain, baik bermain sambil belajar maupun belajar sambil bermain.

Bermain bagi anak merupakan belajar karena dalam bermain seorang anak dapat berinteraksi dengan orang lain untuk dapat menemukan suatu proses pembelajaran.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara bahwa “Permainan itulah Pendidikan”. Azas ini diterapkan di “Taman Anak” dalam Taman Siswa yang disesuaikan dengan Metode Montessori.

Orangtua dan guru perlu menyadari bahwa bermain itu alat, sedang terbentuknya pribadi yang utuh adalah tujuan. Bermain adalah salah satu cara untuk membentuk kepribadian anak. Anak tidak menyadari dengan bermain dia juga belajar.

Fungsi alat bermain adalah sebagai berikut:
  1. Melatih panca indera supaya anak peka terhadap sesuatu yang ada di lingkungannya.
  2. Melatih kecerdasan emosionalnya yang meliputi keyakinan, rasa ingin tahu, niat, kendali diri, keterkaitan dengan oranglain, kecakapan berkomunikasi, dan kreatif.
  3. Menanamkan nilai, norma, etika moral, budi pekerti, dan aspek lainnya (mengandung unsur pendidikan).
  4. Melatih kecerdasan intelektual anak (walaupun masih sederhana), sehingga ia mengenal konsep, pengertian yang langsung diterapkan, atau mengerti setelah mempraktekkan alat bermain.
  5. Menanamkan nilai agama. Anak dibiasakan untuk mendengar, melakukan, dan mengerti sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangannya.
  6. Melatih keterampilan anak dengan alat bermain sehingga ia bisa mencoba, menyusun, mengangkat, menghitung, memindahkan, membalik, mendorong, dan melempar sesuai dengan fungsinya.
  7. Melatih keberanian, kepercayaan, kejujuran, kebanggaan, kreativitas, dan   tanggung jawab anak.
  8. Mengembangkan fantasi, imajinasi, dan idealisme anak.
  9. Memperkenalkan dan membiasakan anak terhadap kesehatan,    kebersihan, makan makanan bergizi, kedisiplinan, dan kemandirian.
  10. Melatih kerjasama, gotongroyong, toleransi, saling menghargai dan saling membutuhkan antar anak.
  11. Mengenal angka dan huruf yang merupakan tahap awal dalam pelajaran membaca, menulis, dan berhitung.
  12. Mengenal bentuk benda, warna, garis, dan benda yang berguna bagi manusia (udara, air, tanah, api, tanaman, dan binatang) melalui gambar, benda atau yang lain.
  13. Mengenal dan mengetahui rambu-rambu tau tanda yang berlaku di  masyarakat (rambu-rambu lalulintas, listrik, rumah sakit, rumah makan, dan lain-lain).
  14. Membuat senang anak.
Sumber : Modul Bahan Pelatihan PAUD  PTKPNF tahun 2010

    Previous
    Next Post
    Tidak ada komentar:
    Write comments

    Labels

    About us

    Text Widget

    Common

    Masukkan kode iklan di sini. Diwajibkan iklan ukuran 300px x 250px. Iklan ini hanya akan tampil di halaman utama pada tampilan desktop.

    Labels

    About Us

    Berita Terbaru

    FAQ's

    © 2014 filejamil. Designed by Bloggertheme9
    Proudly Powered by Blogger.