Iklan Halaman Depan

Masukkan kode iklan di sini. Diwajibkan iklan ukuran 300px x 250px. Iklan ini hanya akan tampil di halaman utama pada tampilan desktop.

GilaBola+

filejamil.cf. Gambar tema oleh MichaelJay. Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Pilpres 2019+

Video Terpopuler

detikNews

Berita Utama

Kategori Berita

FAQ's

Ads

Ads
detikcoy

Tag Populer

Senin, 24 Juni 2013

PENGERTIAN DAN TEORI BERMAIN

    Senin, Juni 24, 2013  

1. Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas yang langsung dan spontan. Bermain dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang digunakan untuk berbagai tujuan yang menyenangkan. Menurut Roger, Cosby S. dan Janet K. Sawyers (1995) setiap anak ingin selalu bermain, sebab dengan bermain anak merasa rileks, senang dan tidak tertekan. Di mananapun, dalam kondisi apapun, anak akan berusaha mencari sesuatu untuk dapat dijadikan mainan. Kita dapat mengamati anak-anak  di kota besar,  desa, pantai, maupun gunung yang selalu asyik dengan  permainan yang mereka jumpai di lingkungan masing-masing. Anak-anak selalu bermain dengan riang, jika bermain bersama teman-teman sebaya.


Kebutuhan bermain sangatlah mutlak bagi perkembangan anak.  Lingkungan dan orang dewasa ,dalam hal ini orangtua, maupun guru perlu memfasilitasi kebutuhan anak dengan menyediakan berbagai permianan yang dapat mendukung perkembangan anak.  Tentu saja permainan dan alat bermainnya tersebut bukanlah suatu yang harus bernilai ekonomi tinggi atau mahal, tetapi  apapun dapat dijadikan alat bermain. Misalnya daun dapat dijadikan alat hitung untuk mengembangkan konsep matematika, dengan menggunakan daun anak dapat mengklasifikasikan jenis-jenis daun, mengenali bentuk daun, mengenali warna daun, memahami manfaat daun dan sebagainya. Daun juga dapat mengembangkan konsep sains dan dapat dijadikan bahan kreasi seni untuk anak.  Indonesia negeri yang kaya sumber alam yang masih dapat kita eksplorasi untuk dijadikan alat bermain.
Bagaimana anak bermain ? Anak bermain sesuai dengan tahapan usianya, dengan pikirannya sendiri, dengan perasaannya sendiri, dengan pengertiannya sendiri dan dunianya sendiri. Anak bermain ditentukan oleh dirinya sendiri, orang lain disekitarnya, lingkungannya, kemampuan dirinya dan kemampuan orang lain dan lain sebagainya sebagai faktor lain yang mempengaruhinya. (Bronson, 1995). Untuk itu, satu bentuk permainan atau alat permainan semestinya diciptakan dengan tujuan yang jelas sehinggga pertumbuhan dan perkembangan  yang diharapkan  dari anak akan dapat dicapai. Melalui bermain anak tidak saja dapat tumbuh secara fisik tetapi juga dapat berkembang secara psikis. Oleh sebab itu berbagai bentuk permainan harus berisi kegiatan-kegiatan yang melibatkan aspek fisik dan psikis harus dapat terwujud. (Johnson, 1990; Singer dan Singer, 1990; Smilansky, 1990).

Bermain membawa harapan tentang dunia yang memberikan kegembiraan, memungkinkan anak berkhayal tentang  sesuatu atau seseorang. Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak karena melalui bermain anak  dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, social, nilai dan sikap hidup. Bermain dilakukan dengan perasaan senang, sukarela dan imajinatif. Anak senang bermain karena melalui bermain anak memperoleh suatu cara untuk mengetahui dan mencoba melakukan sesuatu dengan benda yang ada di sekitarnya. Dengan demikian fungsi bermain tidak saja dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan social, tetapi juga perkembangan bahasa, disiplin, perkembangan moral, kreativitas, dan perkembangan fisik anak.. 

2. Ciri-ciri Bermain
Kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut:
Bermain dilakukan atas dasar sukarela, bukan paksaan.
Bermain merupakan kegiatan untuk dinikmati, itu sebabnya bermain selalu menyenangkan, mengasyikkan dan menggairahkan.
Tanpa imbalan apapun, kegiatan bermain itu sendiri sudah menyenangkan.
Bermain lebih mementingkan proses daripada tujuan. Tujuan bermain adalah kegiatan bermain itu sendiri.
Bermain menuntut partisipasi aktif, baik secara fisik maupun secara psikis.
Bermain itu bebas dilakukan oleh anak. Bebas membuat aturan sendiri dan mewujudkan fantasinya.
Makna dan kesenangan bermain sepenuhnya ditentukan anak sebagai pelaku.

3. Manfaat Bermain
Beberapa ahli pendidikan diantaranya  Plato, Aristoteles, dan Frobel menganggap bahwa bermain sebagai suatu kegiatan yang mempunyai manfat nyata bagi anak. Artinya bermain digunakan sebagai media untuk menguatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak.

Walaupun aktivitas bermain adalah kegiatan bebas yang spontan dan tidak selalu memiliki tujuan duniawi yang jelas tetapi bermain sendiri banyak memiliki manfaat yang positif bagi anak, diantaranya :
  1. Bagi perkembangan aspek fisik: anak berkesempatan melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh yang membuat tubuh anak sehat dan otot-otot tubuh menjadi kuat.
  2. Bagi perkembangan aspek motorik halus dan kasar: dalam bermain dibutuhkan gerakan dan koordinasi tubuh (tangan, kaki, dan mata).
  3. Bagi perkembangan aspek emosi: dengan bermain anak dapat melepaskan ketegangan yang ada dalam dirinya. Anak dapat menyalurkan perasaan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang membuat anak lega dan relaks.
  4. Bagi perkembangan aspek kognisi: dengan bermain anak dapat   belajar dan mengembangkan daya pikirnya.
  5. Bagi perkembangan alat pengindraan: aspek penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan) perlu diasah agar anak lebih tanggap atau peka terhadap hal-hal yang ada disekitarnya.
  6. Dapat mengembangkan keterampilan olah raga dan menari.
  7. Sebagai media terapi, karena selama bermain perilaku anak akan tampil lebih bebas dan bermain adalah suatu yang alamiah pada diri anak.
  8. Sebagai media intervensi: bermain dapat melatih konsentrasi (pemusatan perhatian pada tugas tertentu) seperti melatih konsep dasar warna, bentuk, dan lain-lain.
Untuk mencapai manfaat positif dari bermain maka dibutuhkan alat permainan yang tepat untuk anak, yaitu dalam pemilihan alat permainan sebaiknya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  1. Alat permainan tidak berbahaya bagi anak.
  2. Bukan pilihan orang tua tetapi berdasarkan minat anak terhadap mainan tersebut. 
  3. Alat permainan sebaiknya beraneka macam, sehingga anak dapat bereksplorasi dengan berbagai macam alat permainannya. 
  4. Tingkat kesulitan sebaiknya disesuaikan pada rentang usia anak, alat permainan tidak terlalu sulit dan juga tidak terlalu mudah bagi anak.
  5. Peralatan permainan yang tidak terlalu rapuh. 
  6. Tidak memilih alat permainan yang menurut urutan usia, karena ada anak yang lambat perkembangan fisik dan mentalnya dari anak-anak seusianya atau juga sebaliknya, maka yang menjadi dasar pemilihan alat permainan lebih pada perkembangan fisik dan mental anak secara individu.
Semua kegiatan bermain dapat menggunakan alat-alat permainan tertentu sesuai dengan kebutuhan anak masing-masing, yang terpenting dalam pelaksanaannya harus menyenangkan dan menarik untuk anak, sehingga ia melakukannya dengan minat dan perasaan senang tanpa ada keterpaksaan. (Mayke. Soegianto, 1999). Alat permainan seperti boneka dan  binatang dapat merangsang kegiatan bermain khayal. Sedangkan tersedianya permainan balok-balok, cat air, keping-keping plastik untuk dirakit dapat mendorong anak bermain konstruktif. Sangat bijaksana bila guru dan orang tua dapat menyediakan alat permainan yang bervariasi sehingga berbagai jenis kegiatan bermain dapat dilakukan anak dan sangat berarti untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak secara optimal.

Sumber : Dra. Sofia Hartati, M.Si, Bermain dan Penataan Lingkungan Main, Bahan Penataran Pendidik PAUD, PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN NON FORMAL (PTKPNF)-PMPTK-DEPDIKNAS Tahun 2009.

Referensi :
Phelp, Pamela C. Beyond Centers and Circle Time: Scaffolding and Assesing The Play of Young Children. Florida: The Creative Center for Childhood Research and Traning , Inc. (CCCRT), 2005.
Phelp, Pamela C. Beyond Cribs Rattles. Playfully Scafolding the Development of Infant and Toddlers. Florida: The Creative Center for Childhood Research and Traning , Inc. (CCCRT), 2005.
Wolfgang, Charles H, Bea Mackender, Mary E. Wolfgang. Growing and Learning through Play. USA: Judy/Instructo, 1981.
Dockett, Sue dan Marilyn Fleer, Play and Pedagogy in Early Childhood, Australia: Thomson Learning Inc., 2002.
Moyles, Janet R, The Excellence of Play, Bristol: Open University Press, 1995
Roger, Cosby S. and Janet K. Sawyers, Play in The Lives of Children, Washington  DC: National Association For The Young Children, 1995.
Seefeldt, Carol & Nita Baurbor, Early Childhood Education, Columbus: Meril Publishing Company, 1990.

Previous
Next Post
Tidak ada komentar:
Write comments

Labels

About us

Text Widget

Common

Masukkan kode iklan di sini. Diwajibkan iklan ukuran 300px x 250px. Iklan ini hanya akan tampil di halaman utama pada tampilan desktop.

Labels

About Us

Berita Terbaru

FAQ's

© 2014 filejamil. Designed by Bloggertheme9
Proudly Powered by Blogger.